Menemukan Pikiran
Utama dan Permasalahan
dalam Paragraf
Di dalam paragraf Hanya memuat satu
pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
LETAK PIKIRAN UTAMA DAN PIKIRAN PENJELAS
• Pikiran utama terdapat dalam kalimat utama
(paling banyak terdapat pada awal paragraf).
• Pikiran penjelas biasanya
terdapat dalam beberapa kalimat penjelas (biasanya terdapat
setelah pikiran utama).
CIRI PIKIRAN UTAMA DAN PIKIRAN PENJELAS
• Pikiran utama berisi
informasi yang bersifat umum. Karena itu perlu dijelaskan oleh
kalimat-kalimat penjelas.
• Pikiran penjelas
berisi informasi yang bersifat khusus (mendukung dan
menjelaskan pikiran utama).
VARIAN ISTILAH
-KALIMAT UTAMA
-KALIMAT POKOK
CARA MENGENALI PIKIRAN UTAMA
• Bacalah paragraf dengan saksama!
• Tentukanlah kalimat utama!
Pikiran utama adalah inti dari kalimat utama.
MASALAH DALAM PARAGRAF (TAJUK/EDITORIAL)
• Masalah adalah sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan
atau dipecahkan.
• Masalah tidak sama dengan opini penulis tentang solusi masalah.
Fakta dan Opini dalam
Paragraf (Tajuk Rencana/Editorial)
FAKTA adalah hal, peristiwa,
keadaan, atau sesuatu yang merupakan kenyataan yang benar-benar ada atau
terjadi. Pernyataan tersebut tak terbantahkan kebenarannya.
Pernyataan itu berupa kalimat
yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, keadaan yang benar-benar terjadi
secara objektif.
Isinya secara objektif dapat
ditangkap oleh indra / dilihat, diraba, dirasakan, dsb dan mengandung
kepastian.
OPINI adalah hasil pemikiran,
anggapan, atau perkiraan orang, baik secara individu atau kelompok. Namun,
opini bukan sesuatu yang mengada-ada atau khayal. Sumber opini adalah fakta.
Ciri-ciri opini:
1. Sifat opini tidak / belum
pasti. Biasanya menggunakan kata-kata seperti: barangkali, boleh jadi,
kira-kira, diperkirakan, dsb.
2. Bersifat pengandaian.
Contohnya: seandainya, jika, asal
3. Berupa saran, nasihat, usul
Contohnya: sebaiknya, alangkah baiknya, sebenarnya,
seyogyanya, dsb.
4. Kalimat yang mengandung
subjektivitas pribadi
Seperti: ingin, akan, terasa, mampu, mau, dsb.
5. Adanya keterangan
penyangatan, seperti : sangat, amat, benar-benar, sekali. Biasanya dibelakang
predikat yang menggunakan kata sifat
6. Adanya penggunaan kata seru
seperti : wah, astaga, aduh, dsb.
7. Menyatakan hubungan sebab
akibat
Cara menentukannya
1. Memahami inti persoalan
2. Catatlah bukti-bukti yang
mendukung topik
3. Rincilah pendapat yang ada
Frase
Frasa ajektiva adalah frase yang mengandung
unsur kata sifat
Contoh : sangat cantik, tinggi sekali, sangat parah
Contoh : sangat cantik, tinggi sekali, sangat parah
Kata Serapan (Kata Pungut)
Kata serapan adalah kata yang berasal
dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa asing) yang kemudian ejaan, ucapan, dan
tulisannya disesuaikan untuk memperkaya kosa kata, misalnya:
1. survei = bagian dari teknik penelitian
2. rekrutmen
= pendaftaran, pengerahan, pengangkatan, pemenuhan, dll (biasanya ditujukan untuk calon tenaga
kerja baru.
3. video,
profesional, modern = sudah jelas
4. devisa= alat pembayaran luar negeri atau semua barang yang
dapat diterima secara internasional sebagai alat pembayaran
Menarik
Simpulan secara Deduktif:
A. Silogisme:
Semua siswa SMA berkemah
Rani siswa
SMA
Rani harus berkemah
Semua anak TK belajar menulis
Dika anak TK
Dika harus belajar menulis
B. Generalisasi
Adalah
penalaran induktif dengan cara menarik simpulan secara umum berdasarkan
sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup
dan dapat mewakili
1.
Pemerintah telah menjadikan
Pulau Komodo sebagai habitat pelestarian komodo. Di Ujung Kulon, pemerintah
mebuat cagar alam untuk pelestarian badak bercula satu. Selain itu, sejumlah
Undang-Undang dibuat untuk melindungi hewan langka dari incaran pemburu. Banyak
cara yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan hewan-hewan langka.
2.
Setelah karangan anak-anak kelas 6
diperiksa, ternyata Iman, Selamet, Enal, dan Deri mendapat nilai 90. Anak-anak
yang lain mendapat 75. Hanya Toni yang mendapatkan nilai 60 , dan tidak seorang
pun mendapat nilai kurang dari 60. Bisa dikatakan, anak kelas 6 cukup
pandai mengarang.
B. Analogi
adalah penalaran induktif dengan
membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal
tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Contoh :
1.
Para atlet memiliki latihan fisik yang
keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan
tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat.
Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan
musuh-musuh di lapangan. Oleh
karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental
yang kuat.
2.
Demikian pula dengan manusia yang
tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan,
bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Paragraf hubungan sebab akibat (hubungan kausal) adalah paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada
simpulan yang menjadi akibat.
Contoh : Kemarau tahun ini cukup
panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang
ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi
dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani
dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan
panen di desa ini selalu gagal.
APRESIASI PUISI padamu
jua AMIR HAMZAH
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Punya rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menusuk ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Matahari – bukan kawanku
(Amir hamzah: Nyanyi Sunyi)
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar yang telah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di atas, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak dasar puisi modern di Indonesia.
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga digunakan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat membantu kita untuk memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, saya menafsirkan pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian aku lirik. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku lirik telah berpaling dari-Nya.
Pada bait pertama, dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa aku lirik merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya, Tuhannya. Walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa melepaskan diri dari kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata aku lirik dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih aku lirik tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh kekasih aku lirik tidak dapat berubah. Dan itu tetap dirasakan aku lirik ketika ia melakoni “pulang kembali” tersebut.
Pada bait kedua, aku lirik memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya pada dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan sebagai kandil kemerlap dan pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan aku lirik dari perginya yang lama.
Namun, di bait ketiga, aku lirik tetap tidak mau mepedulikan kekasihnya itu. Sebagai seorang manusia, ia juga membutuhkan rasa cinta yang berbentuk (rindu rupa). Sedangkan kekasihnya ini adalah sesuatu yang tidak nampak.
Pada bait keempat, aku lirik menumpahkan penasarannya itu dan bertanya, Di mana engkau /rupa tiada/ suara sayup/ hanya kata merangkai hati. Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka mata manusia tidak mampu melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi bisikan kata-kata selalu dirasakan aku lirik merangkai hatinya untuk meyakini bahwa ia memang tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Pada bait kelima, aku lirik menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi terbakar api cemburu oleh kelakuan aku lirik, yaitu ketika aku lirik meningglkan kekasihnya, sebelum ia melakoni “pulang kembali”nya. Hal ini, menurut aku lirik, mengakibatkan sang kekasih menjadi ganas. Aku lirik melihat bahwa kekasihnya hanya ingin cintanya tak berbagi ke lain hati. Kekasih aku lirik ingin memiliki aku lirik sepenuhnya. Kata mangsa ini menandakan pemaksaan kekasihnya tersebut.
Bait keenam menunjukkan kepasrahan aku lirik karena telah “dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia menjadinanar dan gila sasar. Tak tahu hendak ke mana. Ia telah buta arah. Dalam bahasa Sasak, biasa dikatakankebebeng. Karena, biar bagaimanapun, ia menyadari bahwa ia akan berulang (kembali) lagi kepada kekasihnya. ditandaskan lagi, cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai yang seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan ingin tahu.
Pada bait terakhir merupakan puncak pertemuan aku lirik dengan kekasihnya. ternyata aku lirik mendapatkan bahwa kasih yang diberikan kekasihnya itu sunyi. Sepi, karena ia hanya menunggu seorang diri. Itu dirasakan aku lirik setelah waktu bukan lagi menjadi haknya. Dan matahari bukan lagi menjadi kawannya. Saat aku lirik melakukan “pulang kembali”-nya itu, yaitu ketika aku lirik mengalami kematian.
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Punya rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menusuk ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Matahari – bukan kawanku
(Amir hamzah: Nyanyi Sunyi)
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar yang telah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di atas, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak dasar puisi modern di Indonesia.
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga digunakan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat membantu kita untuk memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, saya menafsirkan pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian aku lirik. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku lirik telah berpaling dari-Nya.
Pada bait pertama, dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa aku lirik merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya, Tuhannya. Walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa melepaskan diri dari kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata aku lirik dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih aku lirik tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh kekasih aku lirik tidak dapat berubah. Dan itu tetap dirasakan aku lirik ketika ia melakoni “pulang kembali” tersebut.
Pada bait kedua, aku lirik memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya pada dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan sebagai kandil kemerlap dan pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan aku lirik dari perginya yang lama.
Namun, di bait ketiga, aku lirik tetap tidak mau mepedulikan kekasihnya itu. Sebagai seorang manusia, ia juga membutuhkan rasa cinta yang berbentuk (rindu rupa). Sedangkan kekasihnya ini adalah sesuatu yang tidak nampak.
Pada bait keempat, aku lirik menumpahkan penasarannya itu dan bertanya, Di mana engkau /rupa tiada/ suara sayup/ hanya kata merangkai hati. Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka mata manusia tidak mampu melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi bisikan kata-kata selalu dirasakan aku lirik merangkai hatinya untuk meyakini bahwa ia memang tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Pada bait kelima, aku lirik menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi terbakar api cemburu oleh kelakuan aku lirik, yaitu ketika aku lirik meningglkan kekasihnya, sebelum ia melakoni “pulang kembali”nya. Hal ini, menurut aku lirik, mengakibatkan sang kekasih menjadi ganas. Aku lirik melihat bahwa kekasihnya hanya ingin cintanya tak berbagi ke lain hati. Kekasih aku lirik ingin memiliki aku lirik sepenuhnya. Kata mangsa ini menandakan pemaksaan kekasihnya tersebut.
Bait keenam menunjukkan kepasrahan aku lirik karena telah “dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia menjadinanar dan gila sasar. Tak tahu hendak ke mana. Ia telah buta arah. Dalam bahasa Sasak, biasa dikatakankebebeng. Karena, biar bagaimanapun, ia menyadari bahwa ia akan berulang (kembali) lagi kepada kekasihnya. ditandaskan lagi, cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai yang seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan ingin tahu.
Pada bait terakhir merupakan puncak pertemuan aku lirik dengan kekasihnya. ternyata aku lirik mendapatkan bahwa kasih yang diberikan kekasihnya itu sunyi. Sepi, karena ia hanya menunggu seorang diri. Itu dirasakan aku lirik setelah waktu bukan lagi menjadi haknya. Dan matahari bukan lagi menjadi kawannya. Saat aku lirik melakukan “pulang kembali”-nya itu, yaitu ketika aku lirik mengalami kematian.
Latar
Belakang
Membuat latar belakang makalah sebaiknya dibuat
dengan bahasa yang lugas dan dapat dipahami, karena membuat latar belakang
makalah adalah bagian penting dari sebuah makalah itu sendiri. Di sini akan
terlihat sejauh mana tujuan makalah tersebut.
Berikut ini adalah langkah-langkah membuat latar
belakang makalah:
- Tetapkan tujuan. Untuk memberi
gambaran tujuan yang akan dibahas sebaiknya membuat gambaran yang mudah
dicerna. Mengemukakan visi dan misi yang tidak muluk-muluk dan tepat
sasaran.
- Membuat gambaran cara pencapaian
tujuan tersebut. Jangan lupa memberikan contoh-contoh yang riil dan
fleksibel, yaitu dengan melihat kondisi yang terjadi dan membuat
gambaran-gambaran sebenarnya.
- Memberikan solusi. Penting
sekali untuk memberikan jalan keluar dari tema makalah yang sedang dibuat.
Jangan lupa untuk memberikan langkah-langkah atau tips praktis yang telah
pernah dicoba terlebih dahulu.
- Memberi harapan. Jangan lupa
untuk memberi kepastian bahwa selalu ada hasil yang terbaik ketika sesuatu
telah dicoba. Ada baiknya untuk memberi semangat dan kepedulian agar
makalah ini bisa maksimal.
Penulisan JUDUL
Karangan yang Baik
a. Definisi
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala
berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis,
bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan
wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala
tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu
artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan
ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima
kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul
artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi
bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi
judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga bisa terjamin bahwa judul
itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian
pembaca dan akan cocok dengan temanya.
Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting
dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan
diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang,
misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang
Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai
b. Judul yang baik
1. Harus relevan, yaitu harus
mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian
penting dari tema tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus
menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap
pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh
mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata
atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Jika pengarang tidak dapat menghindakna dari judul yang panjang (terpaksa),
maka dapat menemouh jalan keluar dengan menciptakan judul utama yang singkat,
tetapi judul tambahan yang panjang.
c. Ciri – ciri Judul
1. Harus
berbentuk frasa
2. Tanpa
adanya singkatan atau akronim
3. Awalan
kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi
4. Tanpa
tanda baca di akhir judul
5. Menarik
perhatian
6. Logis
7. Sesuai
dengan isi
8. Judul
harus asli, relevan, proaktif, dan singkat.