Kamis, 24 Juli 2008

DAMAI dengan BERNAFAS (Republika, 29-06-2008)

Di sebuah hotel yang dingin , Kamis 12 Juni 2008, Iwan Kurniawan, seorang wartawan berdiri rileks dengan mata mengahdap ke bawah. Tangan kanannya direntangkan sejajar bahu dan otot bahunya mengunci semaksimal ia mampu.

Reza Gunawan, pakar terapi holistic, berdiri di ruangan berukuran sedang ini. Ia meminta Iwan mengingat kenangan terindahnya. Waktu bergulir, sejurus kemudian, sang terapis menghampiri Iwan. Ia berusaha menurunkan lengan Iwan yang terkunci tadi, dan Iwan mampu menahannya dengan sempurna.

Reza memberi instruksi berbeda kali ini. Iwan diminta mengingat kenangan terburuknya. Mata Iwan masih menjurus tanah, tangannya tetap terentang. Selang beberapa detik, sang terapis kembali menurunkan lengan Iwan. Apa yang terjadi? Tanpa perlawanan, lengan itu terjatuh lunglai.

Tubuh kita, menurut Reza Gunawan, memiliki system komunikasi elektromagnetik meridian yang menjembatani antara tubuh (body), pikiran (mind), dan semangat (mood). Manakala pikiran kita stress, maka seperti rumah kartu yang rubuh dampaknya langsung menular pada kondisi tubuh dan semangat.

Darimana asal muasal stres? Persoalan hidup manusia, menurut Reza, lazimnya berkutat pada tiga hal: sehat, sukses, dan cinta. Gangguan pada salah satu dari tiga hal ini bisa membawa seseorang pada stress. Mustahil kita menghindari masalah. Lantas, bagaimana supaya masalah ini tidak membikin stress? Kuncinya, kata Reza, adalah mencari keseimbangan atau keselarasan dalam hidup.

Ada sejumlah cara melatih hidup selaras salah satunya adalah melatih perhatian di sini kini (here and now). Seringkali, kita hidup dalam dunia khayalan: terlampau memikirkan masa depan atau sebalikna tenggelam dalam masa lampau. “Padahal tubuh kita berada pada posisi di sini dan sekarang,” tutur lelaki vegetarian ini.

Reza bercerita tentang seorang klien yang uangnya ludes akibat penipuan lewat ATM. Orang ini datang dan minta diterapi. Reza pun bertanya: Mengapa stress? Jawabnya adalah lantaran uangnya ludes. Mengapa pusing? Jawab dia, 30 hari lagi uang itu akan dipakai untuk melunasi bahan baku produksi. Mengapa sekarang sudah stress? Jawabnya: Ia takut tidak bisa melunasi. Jadi, kata Reza,”Orang ini sebenarnya lebih stress karena khawatirnya daripada tidak bisa melunasinya. ”Padahal siapa yang tahu kejadian esok hari. Siapa yang bisa menebak kejadian lima menit mendatang atau lima jam mendatang misalnya. Daripada hanya memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, lebih baik gunakan pikiran kita untuk mencari solusi dari permasalahan.

Reza mengibaratkan pikiran kita dalam sebuah garis lurus dan dibagi tiga masa. Masa lalu, kini, dan masa depan. Di masa kini, Reza menyebutnya dengan KISS IT NOW atau Keep It Simple Stay In The Now. Maksudnya kita belajar memfokuskan diri kita pada saat ini.
Bebaskan pikiran dari kenangan ataupun khayalan. Sebab masalah muncul pada masa sekarang bukan masa lalu, atau masa depan. Kalaupun muncul di masa lalu maka itu sudah menjadi kenangan, “Kalaupun muncul di masa depan, itu tidak realistis, karena belum tentu muncul masalah itu,” paparnya.

Bagaimana agar kita bisa berada di masa here and now? Mudah saja. “Bernapaslah,” ujar Reza singkat. Bernafas merupakan jembatan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Bernapas yang dimaksud adalah bernapas yang dapat merasakan tarikan dan hembusan.
Begini caranya. Hirup udara dalam-dalam, rasakan udara masuk memenuhi rongga paru-paru, lalu hembuskan dari mulut sambil berkata ‘haah’. Lakukan kembali sambil merasakan bahwa udara yang kita hirup mesti kita syukuri. Lakukan lagi. “Insya Allah cara itu bisa membuat kita kembali ke alam sini-kini dan bebas dari dunia kenangan dan khayalan.”
Napas 478

Reza mengajarkan teknik bernapas 478. Caranya adalah hirup nafas dengan lembut sementara lakukan empat hitungan dalam hati. Kemudian tahan nafas selama tujuh hitungan, lalu hembuskan dari mulut sambil membisikan kata ‘Ha’ selama 8 hitungan. Lakukan seterusnya kurang lebih 5 hingga 7 menit. Cara ini lazim di terapkan di rumah sakit di Amerika Serikat sebagai terapi singkat bagi pasien yang mengalami stress sebelum operasi atau perawatan lainnya.

Nafas 478 ini bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja. Bisa untuk mencegah stress dan menyeimbangkan emosi, melepaskan beban cemas dan gelisah, meningkatkan kreativitas, prestasi olahraga, relaksasi, bisa juga untuk melatih komunikasi yang tulus atau jujur.

DICARI: KEBAHAGIAAN
Kita selalu beranggapan bahwa kebahagiaan harus dicapai. Maka rumus yang terjadi adalah: kalau saya sudah mencapai hat tersebut, barulah saya bahagia. Artinya, untuk mencapai itu kita perlu melakukan sesuatu. Contoh, saya bekerja untuk memperoleh uang, sehingga saya bisa bahagia. Saya sekolah untuk mendapat sertifikat, lulus, dan saya bahagia. Saya menikah, mendapatkan anak, dan saya bahagia. Dan seterusnya.

Lalu, akhirnya kita beranggapan bahwa kebahagiaan itu harus ada syaratnya. Syaratnya adalah kita harus mengerjakan sesuatu dulu, mendapatkan sesuatu, barulah kia bahagia. Akhirnya, banyak orang yang terjebak pada mentalitas seperti ini sehingga dia berusaha mati-matian untuk mendapatkan sesuatu demi kebahagiaan. Dan akhirnya, pada saat dia tidak memperolehnya, mak dia tidak bahagia ia merasa gagal dalam hidup.

Banyak sekali contohnya. Untuk hal-hal kecil, misalnya, kita ingin parkir di mall yang dekat pintu masuk. Tetapi kita tidak mendapatkannya, sehingga kita menjadi tidak bahagia lantaran tidak memperoleh parkir di tempat yang kita inginkan.

Padahal sebenarnya, yang namanya kebahagiaan itu tanpa syarat. Jika kita perhatikan, banyak orang yang tidak mendapatkan sesuatu, tidak mencapai sesuatu, tetapi hidupnya bahagia-bahagia saja. Akhirnya kalau kita renungkan lebih dalam, kebahagiaan itu bukan sesuatu yang kita (harus) capai tetapi sesuatu yang kita pilih: Kita mau bahagia atau tidak?

Kebahagiaan itu lebih kepada pilihan. Itu saja. Dan kalau kita renungkan kembali, kebahagiaan itu sebenarnnya hanya feeling. Perasaan bahagia. Tak lebih. Perasaan itu kan bermacam-macam. Ada perasaan bahagia, ada perasaan sedih, ada perasaan marah, ada perasaan kecewa, atau khawatir.

Nah, perasaan-perasaan ini bukan sesuatu yang permanen. Sedih akan hilang. Demikian pula rasa marah, khawatir, bahkan kebahagiaan sekali pun akan hilang. Jelas sudah: Kebahagiaan pada dasarnya amat temporer. Tidak siap dengan ketidakpermanenan, itulah yang menyebabkan kita menderita. Menderita lantaran tidak mau menerima kenyataan bahwa kebahagiaan kita tidak berlangsung lama.

Jadi, kebahagiaan yang sejati sebetulnya adalah tidak adanya kebahagiaan. Netral. Netral berarti: Hari ini sedih ya sedih, hari ini mau bahagia ya bahagia, mau kuatir ya kuatir. Yang terpenting: Kita tidak terjebak dalam kesedihan itu, kita tidak terjebak pada kekuatiran kita sendiri kita tidak terjebak dalam kemarahan kita sendiri. Kita mampu memosisiskan diri untuk netral. Sehingga kita siap untuk menerima apapun perasaan yang nanti akan terjadi itulah kebahagiaan sejati.

Kehidupan selalu menyodorkan dua hal, yakni perasaan nyaman dan tidak nyaman. Nah, posisi netral adalah manakala kita tak memiliki referensi khusus baik ke perasaan nyaman atau tidak nyaman. Kita mampu memposisikan perasaan apapun yang berlangsung saat ini dan akan datang.

RASA DAHSYAT (Republika, 29-06-2008)

“Semua ada di dalam dirimu. Mintalah kepada dirimu sendiri” Jalaluddin Rumi

Sering kali, kata Erbe Sentanu, apa yang kita sebut keajaiban (baca: kemudahan dari Tuhan) hanyalah sesuatu yang belum kita pahami. Dan, Nunuh Kurnia Permana menyaksikannya sendiri, dan pada akhirnya Ia pun paham. Sikap ikhlas adalah pintu gerbang bagi segala keajaiban.

Dengan kondisi kantong pas-pasan, secara teoritis, Nunuh perlu waktu 150 bulan untuk mengumpulkan duit Rp 150 juta. Namun, usai mengikuti sebuah training tentang ikhlas, Nunuh sadar: Hidup tercipta lantaran pikiran kita sendiri. Apa yang kita alami saat ini, menurut dia, adalah buah dari pikiran kita selama ini.

Terdengar klise memang, tetapi Nunuh bergerak cepat. Ia ubah cara pandang hidupnya menjadi lebih optimis. Dan, sikap optimistis itu terbentuk setelah ia terlebih dahulu memasuki zona ikhlas. Berserah diri total kepada Tuhan dan merasa nyaman di dalamnya. Kemudian,”saya mengelola pikiran agar doa dan keinginan saya terkabul, tepat seperti apa yang saya minta,” ujar Nunuh seperti tertulis dalam buku Quantum Ikhlas.

Ajaib, sang karyawan swasta itu hanya perlu waktu 12 bulan saja untuk menggangsir fulus Rp. 150 juta. Dibelikannya uang itu mobil sebagai kado ulang tahun istrinya. Dan, Nunuh belum ‘jera’ mempraktikkan formula dari sang sufi Jalaluddin Rumi: “Semua ada di dalam dirimu, Mintalah kepada dirimu sendiri”.

Nunuh membayangkan memperoleh rumah yang lebih luas, dari semula hanya 100 meter persegi yang ia punyai saat itu. Ia bayangkan secara detail. Ajaib. Saat ini ia memiliki rumah seluas 350 meter persegi di atas tanah 450 meter persegi, lengkap dengan kebun dan halaman. “Seperti yang saya inginkan,” ujarnya.

Kekuatan perasaan atau hati adalah 5000 kali lipat dari kekuatan otak. Dengan kata lain jika positive thinking hanya berdaya 1 watt, maka positive feeling berdaya 5000 Watt. Maka, biarkanlah hati yang berpikir, menghayati, dan merasakan. Sebab, dengan hati,”Pencapaian keinginan kita niscaya akan lebih powerful ketimbang otak,”tutur Erbe Sentanu.

Sayangnya, banyak orang, jika bukan nyaris seluruhnya, hanya mengandalkan kekuatan otak (alam sadar) yang menurut Erbe hanya merupakan 12 persen dari seluruh kekuatan pikiran. Sebanyak 88 persen sisanya justru tersimpan dalam alam bawah sadar yang secara umum muncul dalam bentuk feeling atau perasaan tadi. Dan, kekuatan alam bawah sadar ini –sebagian kekuatan tebesar- justru belum termanfaatkan, bahkan mungkin teracuni.

Berapa banyak orang yang memiliki keinginan kuat untuk untuk kaya, meski mempunyai peluang dan memahami ilmu bisnis, tetap saja sulit untuk berhasil. Sebabnya adalah self-image kita mengatakan,”Kita mah orang miskin, tidak mungkin kaya,” tuturnya. Apalagi jika kemudian itu diperunyam oleh sikap buruk seperti takut rugi, khawatir menjadi omongan orang, dan sebagainya. Inilah kehebatan pikiran bawah sadar soal bagaimana ia mengendalikan hidup kita.

Melalui teknologi ikhlas yang ia ciptakan, Erbe menawarkan cara untuk memprogram kembali alam bawah sadar (subconscious reprogramming). Tips sederhananya: Sering-seringlah mengunjungi alam bawah sadar Anda dan suntikkanlah kata-kata positif ke zona penting ini, untuk mewujudkan realitas baru yang kita inginkan.

Nah, bagaimana cara berselancar ke alam bawah sadar? Zona ini terletak di panjang gelombang alfa (8 Hz hingga 13,9 Hz) pada otak. Ini adalah zona ikhlas – area yang di dalamnya kita merasakan rasa aman dan tentram. Karena itulah, untuk memasuki zona alam bawah sadar kitapun harus berada dalam kondisi rileks. Salah satu cara ampuh membangun atmosfer rileks adalah lewat meditasi.

Tapi, Erbe menyajikan cara ringkas menggapai kondisi alfa yakni menggunakan alat bantu yang disebut teknologi Digital-Player. Alat berupa compact disc ini berisi musik dan suara-suara alam yang dirancang untuk mengkondisikan kesadaran tertentu pada otak, memungkinkan kita memasuki kondisi alfa dengan cepat.

Setelah kita masuk ke alam bawah sadar, berkat kondisi rileks dan damai yang tercipta, lakukanlah visualisasi. Bayangkan secara holografis semua hal yang anda inginkan. Bayangkan bahwa itu benar-benar mewujud dalam kenyataan. Jika kita sakit, bayangkan bahwa diri kita sehat dan telah melakukan banyak aktivitas.

Selain visualisasi, lakukan pula afirmasi atau pembicaraan dengan diri sendiri (self talk). Ini dilakukan untuk mendirikan bangunan kesadaran baru dalam jiwa. Misalnya, katakanlah dalam diri sendiri ‘saya berani’,’saya berani’. Bayangkanlah bahwa itu terjadi di alam nyata. Ulangilah kata-kata tersebut hingga bersenyawa bersama alam bawah sadar.

Terakhir, pandangilah gambaran impian yang telah terwujud dalam hati itu dengan rasa syukur, seakan benar-benar menjadi kenyataan. Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas ‘dikabulkannya’ doa Anda. Rasa syukur inilah yang kelak membikin pancaran partikel kuantum mengantarkan ‘pesanan’ Anda.

Ini sejalan dengan penjelasan fisika kuantum soal berlakunya Hukum Daya Tarik Menarik (The Universal Law of Attraction). Hukum ini menjelaskan: Anda dapat menarik segala sesuatu yang Anda pikir dan rasakan tanpa memedulikan apakah Anda menginginkannya atau tidak. Cobalah!

RAHASIA BERPIKIR POSITIF

(Dari buku: The SECRET, karya Rhonda Byne; Rekonstruksi Bahsa: Muis Farid)

Dalam setiap saat kehidupan, kita tak henti-hentinya menggunakan alam pikiran kita yang disebut berpikir. Berpikir adalah satu-satunya perbuatan yang bersifat kontinuitas yang setiap saat setiap detik kita melakukannya. Tetapi sadarlah, bahwa apa yang dipikirkan kita sekarang akan menentukan nasib kita di masa mendatang?

Pertanyaan seperti itu, terjawab sudah oleh seorang pengarang popular saat ini “Rhonda Byne” dalam bukunya The Secret. Sebenarnya telah banyak orang-orang terdahulu memberi contoh kepada kita bahwa apa yang kita dapatkan dalam hidup kita berawal dari apa yang kita pikirkan sebelumnya. Makanya dikenal denga istilah “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, artinya kalau kita ingin sesuatu terjadi pada diri kita mulailah dengan memikirkannya. Dengan kata lain konseplah terlebih dahulu sesuatu itu dalam pikiran kita.

Masalahnya, dengan cara bagaimanakah konsepsi pikiran tersebut jika kita ingin menuai sesuatu yang bermanfaat dalam hidup kita dari proses berpikir itu? Jawabannya, adalah “berpikir positif” (“positive thinking”). Berpikir positif seolah-olah sebagai energy dahsyat yang akan memberikan ketenangan dalam hidup kita, karena dengan berpikir positif, alam akan memberikan energy positif juga kepada kita. Itulah yang menurut Rhonda Byne disebut Hukum Tarik-menarik.

Di dalam hikum ini, apa yang kita dapatkan sesuai dengan konsepsi pikiran kita, salah satu contoh jika dalam pikiran, kita selalu berpikir tentang kesuksesan yang ingin kita raih, maka kesuksesan akan datang pada kita, begitupun jika kita selalu berpikir bahwa hidup kita sejahtera, maka kesejahteraan akan datang pada hidup kita. Jika Anda banyak megeluh, maka hukum tarik menarik akan mendatangkan lebih banyak situasi yang Anda keluhkan ke dalam hidup Anda. Pikiran Anda adalah benih, dan panenan yang akan Anda petik akan bergantung pada benih yang Anda tanam.

Hati-hati dengan berpikir negative-positif, misalnya, dalam hidup, kita tidak ingin menjadi orang yang banyak utang. Pikiran itu akan menyebabkan sulitnya kita terbebas dari utang. Menurut Rhonda Byne, pikiran memancarkan frekuensi ke semesta dan semesta mengirimkan sinyal frekuensi yang diinginkan yang sama dengan frekuensi pikiran kita, itulah hukum tarik menarik. Pikiran adalah magnet, dan hukumnya adalah kemiripan menarik kemiripan (Charles Haneel).

Pikiran bersipat magnetis dan pikiran memiliki frekuensi. Jika Anda dapat memikirkan apa yang Anda inginkan di dalam benak, dan menjadikan pikiran yang dominan, Anda akan mendatangkan keinginan itu ke dalam hidup Anda. Melalui hukum yang paling berdaya ini (hukum tarik menarik), pikiran Anda berubah menjadi sesuatu dalam hidup Anda, katakana ini kepda diri Anda sendiri, biarkan merembes ke dalam kesadaran Anda, pikiran Anda akan menjadi sesuatu yang hasil dan manfaatnya akan Anda rasakan sendiri.

Apa yang sedang Anda pikirkan saat ini, menciptkan kehidupan masa depan Anda. Anda menciptakan kehidupan-kehidupan Anda dengan pikiran Anda. Karena Anda selalu berpikir, selalu merekayasa, maka apa yang paling Anda pikirkan atau fokuskan adalah apa yang akan muncul pada hidup Anda. Pikiran-pikiran Anda memancarkan sinyal magnetis yang menarik kesejajaran kembali kea rah Anda. Lihatlah diri Anda dalam kelimpahan, Anda akan menarik kelimpahan ke dalam hidup Anda. Ini ampuh unruk setiap orang di setiap saat. Masalahnya adalah kebanyakan orang memikirkan apa yang tidak mereka inginkan.

Sabtu, 19 Juli 2008

Mulai Dari Titik Nol

Ikhlas Adalah Kunci Kebahagiaan. Juga Keajaiban.
Dokter angkat tangan dan, Endrasari pun memulai kehidupan yang ‘sumbing’: Ia mesti menenteng tabung oksigen ke mana-mana sebab dadanya kerap digoda sesak hebat. Biang keladinya: Bronchitis akut. Penyakit paru ini tak haya mengutil berat badan Endrasari, juga memaksa dia meneguk 12 jenis obat selama setahun.

Dan, dokter pun angkat tangan. Lusinan ramuan kimia dari apotek bagaikan tak bertuah. Sebab, seperti diakui Endrasari dalam buku Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu, penyakitnya bersifat psikosomatis: tidak berasal dari serbuan virus atau bakteri, melainkan berasal dari pikiran. Dokter menyuruh dia menyembuhkan luka batinnya dahulu. Jika ingin pulih.

Nur Sonia (27 tahun) akhirnya pulih. Dibekap frustrasi selama tujuh tahun, yang berujung rontoknya kuliah dia pada sebuah PTN favorit di Bandung dan sering sakit-sakitan pula, mantan bintang kelas saat SMA ini sukses meretas kuldesak jalanbuntu-kehidupannya. Ia melakoni satu hal: ‘Detoksifikasi’ hati. Ia buang seluruh racun masa lalunya. Ia gulung film-film negatif masa mendatang. Kemudian, ujar Sonia kepada Republika Jumat (27/6). “Saya serahkan diri saya seluruhnya kepada Sang Pemilik diri saya.”

Ikhlas. Kembali ke titik nol. Hasilnya? Sebuah paradoks. Sikap ikhlas yang sebelumya ia anggap sebagai symbol kelemahan justru memberinya kekuatan subtil (halus; lembut). Dalam ikhlas, kata Sonia, ia justru merasa lebih perkasa dalam menguasai diri. Tidak rentan digelisang-gelisut resah, dan lebih kebal.

Kuncinya adalah: manakala kita memasrahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, saat itu pula pupus segala cemas. Kita menjadi lebih kuat. Mengapa? Karena urusan kita sudah diserahkan kepada Sang Maha Berkehendak. “Biarlah Dia yang mengatur. Kita yang melaksanakan keinginan-Nya. Sebab, bukankah Dia juga Maha Pemberi Petunjunk?” ujar Sonia. Apakah itu berarti pasrah? Di sinilah uniknya. Ketika tarasuk rasa ikhlas, secara otomatis, Sonia justru merasa intuisinya meningkat tajam. Lebih bijaksana. Lebih mengenali diri sendiri. Lebih cerdas. Lebih kreatif. Dan, pada gilirannya: Lebih produktif. ”Sekarang saya sudah biasa bekerja. Di perusahaan asuransi,” tutur dia semangat. Selamat tinggal jelaga masa lalu!

Belakangan Endrasari juga mengucapkan sayonara buat penyakit bronchitis akutnya. Hanya sikap ikhlas bukan lusinan obat kimia yang kuasa menanggalkan siksa radang parunya itu. Endrasari kini tak lagi mesti memboyong tabung oksigen ke mana-mana. “Saya baru tahu semua penyakit datang dari pikiran.”

Menurut penulis buku Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu, dalam kondisi ikhlas, otak memproduksi hormone serotonin dan endorphin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Dalam zona ikhlas, bermekaranlah pelbagai energi positif: Rasa syukur, sabar, dan termasuk focus. “Kita pun tiba-tiba merasa penuh tenaga,” ujarnya, Rabu (25/6).
Energi ikhlas ini kemudian menyebar ke setiap jengkal tubuh. Membikin imunitas tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung stabil, dan kapasitas indera meningkat. Orang ikhlas, ujar Erbe,”Sehat jiwa dan fisiknya.” Ikhlas, karenanya, adalah kunci jika bukan prasyarat bagi kebahagiaan.

Jika kita meneropong lewat elektroensefalogram (EEG), kata Erbe, tampak bahwa otak memancarkan gelombang sesuai kondisi jiwa seseorang. Dimanakah kebahagiaan? Teknologi mutakhir menunjukkan: Rasa baghagia membentang antara panjang gelombang alfa dan theta pada otak. Inilah zona ikhlas.

Zona ikhlas berada di frekwensi 8 Hz hingga 13,9 Hz atau alfa. Orang yang sedang rileks, melamun, atau berkhayal, berada dalam frekwensi ini. Anak-anak balita frewensinya selalu berada dalam posisi alfa karenanya mereka selalu jujur, polos, dan tak pernah larut bersedih. Begitu murni.

Zona ikhlas juga terbentang di antara frekwensi 4 Hz hingga 7,9 Hz atau theta. Dalam kondisi ini pikiran menjadi amat kreatif dan inspiratif. Pikiran juga terasa khusyuk, rileks yang dalam, hening, dan amat intuitif. Semakin pandai Anda Menyetel frekuensi alfa atau theta di otak Anda, kata Erbe, semakin mudah hidup Anda. Frekwensi ini memang menawarkan kelezatan hidup sesungguhnya: Rasa syukur dan nyaman. Karena itulah, menurut dia, jelas sudah bahwa ukuran sukses (kebahagiaan, red) sebetulnya amat ditentukan oleh keberhasilan merasakan pikiran bahagia. Itu saja. Kebahagiaan karenanya tak perlu dicari-cari apalagi lewat semata-mata kelimpahan materi.

“Manakala tahu gelombangya mudah bagi kita menemukan zona kebahagiaan itu,” tutur Erbe, penemu teknologi Quantum Ikhlas yang salah satu produknya adalah compact disc Digital Player guna mengkondisikan otak menggapai zona ikhlas.

Dan, jangan anggap enteng sikap ikhlas ini. Pengalaman Nur Sonia menunjukan: Sekali kita melangkah ke zona ikhlas, kita bakal terdorong menjadi orang baik menjauhi prasangka dan selalu berpikir positif. Nah, dari sinilah garis tangan Anda mulai bergeser.
Dengan berpikir positif, maka hal-hal positif otomatis akan menghampiri kita. Demikian sebaliknya. Itulah Hukum Daya Tarik Menarik (The Universal Law of Attraction) yang memiliki penjelasan ilmiahnya dalam fisika kuantum. Dan kita, menurut Erbe, adalah apa yang kita pikirkan (positif atau negatif).

Usai menikah selama enam tahun, Erbe akhirnya divonis dokter aspermatozoa, tak bisa memiliki keturunan. Dan, Erbe menyikapinya meski awalnya tentu terkejut, dengan ikhlas. “Mengucapkan Alhandulillah dalam hati memberi saya ketenangan dan kekuatan,” ujarna.
Tapi kemudian ikhlas memiliki logikanya sendiri. Dalam penyerahan diri kepada Tuhan, Erbe membayangkan bahwa suatu hari ia akan dikaruniai buah hati. Visualisasi itu dilakukannya dalam kondisi otak alfa berada di zona ikhlas secara tekun dan tawakal.

Hingga suatu hari ia berkonsultasi ke dokter sembari memandangi hasil laboratorium Erbe, dokter tersebut menggelengkan kepala. “Ini tidak mungkin”. Dari nol persen (spermatozoa) menjadi 30 persen dalam tiga minggu? “Tidak mungkin. “ Kini Erbe memiliki putra bernama Shankara Premaswara.
******

4 (EMPAT) GELOMBANG OTAK

Beta (14 Hz – 100 Hz)
Dalam frekwensi ini, sesorang tengah dalam kondisi terjaga dan didominasi logika. Otak kiri aktif berpikir atau berkonsentrasi menghasilkan gelombang tinggi. Otak pun memgeluarkan hormone kortisol dan norefinerin memicu cemas, khawatir, dan stress. Akibat buruknya sejumlah penyakit mudah datang jika kita terlalu aktif di gelombang ini.

Alfa (8 Hz – 13,9 Hz)
Inilah tombol ikhlas yang dicari. Kondisi alfa adalah pintu masuk kea lam bawah sadar. Dalam status alfa, tubuh terasa nyaman, tenang, dan bagahia. Orang yang sedang rileks, melamun, dan berkhayal berada dalam kondisi alfa. Otak lebih optimal bekerja.

Theta (4 Hz – 7,9 Hz)
Frekwensi ini menunjukan sesorang dalam kondisi mimpi dalam situasi ini, pikiran menjadi kreatif dan inspiratif. Otak mengeluarkan hormon melatonin, catecholamine, dan arginine vasopressin.

Delta (0,1 Hz – 3,9 Hz)
Frekwensi terendah. Memancar saat seseorang tidur pulas tanpa mimpi, tidak bisa merasakan keadaan badan, tidak berpikir. Otak mengeluarkan human growth hormone yang bisa membikin awet muda.

Diambil dari:
Republika, 29-06-2008

Rabu, 20 Februari 2008

Ekspresikan Dirimu dengan Bahasa Santun

Ternyata banyak orang yang terkagum-kagum ketika melihat seseorang yang baik prilakunya maupun tutur katanya, sopan dan santun. Hal ini dikarenakan bahwa setiap orang akan merasa dihargai ketika berhadapan dengan orang santun. Bahkan terhadap orang santun, biasanya orang tidak lagi banyak pertimbangan untuk membantu jika yang santun terlihat dan terasa membutuhkan pertolongan.

Kesantunan merupakan senjata ampuh untuk menaklukkan seseorang. Bahkan, banyak dari mereka yang "pintar" menggunakan sopan santun untuk mencapai tujuan. Celakanya mereka yang termasuk dalam tanda kutip di atas menggunakan gerak-gerik sopan santunnya untuk mengelabui orang yang pada ujung-ujungnya menipu, celaka!!!!

Kesantunan sangat signifikan dengan lingkunan di mana ia tinggal, dan menurut penulis faktor yang sangat mempengaruhi kesantunan adalah lingkunan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Sekolah adalah mesin produksi yang menciptakan murid-muridnya untuk mengubah prilaku ke arah yang lebih baik.

Selasa, 19 Februari 2008

BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA


Bahasa merupakan alat komunikasi yang secara sadar atau tidak diberikan oleh Allah sebagai alat untuk mengaktualisasikan diri kepada orang lain. Namun di dalam implementasinya sehari-hari orang seperti tidak sadar akan hal itu. Banyak faktor yang menyebabkan orang kurang menyadari bahwa bahasa yang dipergunakannya dapat menjadi indikator penentu identitas dirinya, meskipun banyak slogan-slogan yang mengingatkan ke arah itu seperti "mulutmu harimaumu", "lidahmu ibarat pedang", bahkan "dunia tidak melihat rupamu tapi mendengar ucapanmu".

Banyak kasus yang bisa kita ambil hikmahnya, seorang politisi yang bicaranya hanya menjelek-jelekan orang lain dapat menggambarkan kepada kita bahwa sebegitu jeleknya pembendaharaan katanya sehingga yang keluar dari mulutnya yang jelek-jelek saja, atau sebaliknya kita sering terkesima dengan ucapan seorang ahli hikmah sebut saja Aa Gym, Arifin Ilham, ataupun Yusuf Mansur yang seolah menggambarkan ketenangan dan keteraturan kosa kata yang ada di benaknya.

Apabila kita renungi terhadap apa yang kita ucapakan, maka mudah-mudahan kita lebih dapat mengontrol pembendaharaan kata yang ada pada diri kita masing-masing. Itulah hakikat bahwa bahasa bisa menentukan gambaran sosok pribadi kita, identitas kita, dan pada ahirnya menentukan seluruh aktivitas kita. Dan berhati-hatilah karena "Bahasa Menunjukkan Bangsa".